Wednesday 30 November 2016

Semantics and Pragmatics: How does everyone have different interpretation and perception?

Seminar kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh STIBA Nusa Mandiri Prodi Sastra Inggris kali ini [Selasa, 22 November 2016] bertempat di Aula kampus BSI salemba 22 dengan tema: “Semantics and Pragmatics: How does everyone have different interpretation and perception?”

Salah satu cabang dari ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna adalah Semantics dan Pragmatics. Pada seminar kali ini, STIBA menghadirkan Ibu Yanti, Ph,D sebagai keynote speaker. Beliau yang mengenyam pendidikan doctoral di Dellaware University, Amerika Serikat, juga seorang dosen di Universitas Atmajaya, mengutarakan bahwa setiap orang bisa mempunyai persepsi serta interpretasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal tergantung sampai sejauh mana kemampuan atau tingkat ilmu pengetahuan orang tersebut. Beliau memberikan contoh kasus yang baru-baru ini terjadi di  Jakarta ketika gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama, melontarkan statement yang kontroversial. Menurut beliau, apa yang dikatakan oleh Ahok merupakan suatu hal yang menarik jika ditelisik menggunakan ilmu Semantics serta Pragmatics. Lebih lanjut lagi, beliau juga menyampaikan bahwa perbedaan kebudayaan juga menjadi salah satu faktor penentu seseorang memiliki interpretasi yang berbeda-beda. Hal ini sekaligus membuktikan bagaimana pentingnya bagi seseorang untuk mempunyai pandangan serta pola pikir yang luas.

Meskipun tergolong sulit, namun ilmu linguistik bukan tidak mungkin untuk dikuasai. Menurut mahasiswa ketika ditanya oleh Ibu Yanti mengenai apa pendapatnya tentang linguistik. Hal yang perlu ditekankan adalah bagaimana kita mampu mempelajarinya dengan serius serta mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari karena kita hidup bersama dengan linguistik. Menurut beliau, hal tersebut mampu membuat ilmu linguistik lebih mudah untuk dipahami.






Seminar yang disampaikan dengan menggunakan Bahasa Inggris ini sangat membuat mahasiswa STIBA antusias. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme dan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta selama berlangsungnya acara. Jumlah mahasiswa yang mengikuti seminar linguistik ini mencapai 163 mahasiswa, menunjukan bahwa tema yang diusung termasuk menarik minat peserta. Selain temanya yang menarik, pembicara yang kompeten karena juga memberikan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari, menjadi faktor pendukung suksesnya acara ini.

Peserta yang mengikuti workshop ini adalah mahasiswa sastra Inggris semester 3 yang juga mendapat mata kuliah Introduction to Linguistics, sehingga seminar ini diharapkan mampu menambah dimensi cakrawala pikiran mereka terhadap mata kuliah tersebut. 

[Sayyid-STIBA]


Thursday 10 November 2016

Conversation of Love and Marriage



Once upon a time, a student asks a teacher, “Why often people marry a different person then they fell in love with?”

The teacher said, “In order to answer your question, go to the wheat field and choose the best wheat and come back. But the rule is that you can go through them only once and cannot turn back to pick.”

The sudent went to the field, went through the first row, he saw one big wheat which he instantly liked, but he wonders that maybe there is a bigger one further. Then he saw another bigger one, but again he thought that maybe there is an even bigger one waiting for him. Later, when he finished more than half of the wheat field, he started to realize that the wheat is not as big as the ones he let go off, he started to realize that he had missed the best one in the search of a bigger. So, he ended up going back to the teacher with an empty hand just because he just wasn’t able to forgive himself for letting go of the best wheat and described what happened.

The teacher told him, “You kept looking for a better one while letting go of the best one and later when you realize that you have missed that, you can’t go back. This is the mistake often made by people who fell in love and lost the best person they could have in their life.”

So, the student said, “Does that mean, one should never fall in love?”

The teacher replied, “No Dear, Anyone can fall in love if they find a suitable person. But, once you truly fall in love, you must never let go of that person due to your anger, ego or comparisons with others.”

“How do they end up marrying someone other than they loved?” the student asked curiously.

The teacher said, “In order to answer your question, now go to the corn field and choose the biggest corn and come back. But the rule is still the same as before, you can go through them only once and cannot turn back to pick.”

The student went to the corn field, this time he was careful to not to repeat the previous mistake. When he reached to the middle of the field, he picked one medium corn that he felt satisfied with and rushed back to the teacher. He described how he made a choice. The teacher told him, “Well, this time you didn’t come empty handed. You looked for one that is just nice, and  you had put your faith that this is the best one you can get. This is how one makes a choice for marriage.”

The student stood confusedly. The teacher asked, “What is bothering you now?”

The student then replied, “I’m wondering which would’ve been better, marrying the person you love or loving the person you marry.”

The teacher replied, “It’s very easy to answer that. Only if you are willing to admit it to yourself. Life is like a basket of fruits, Kid. Either you have to make a choice of eating the fruit you love or be content with something that is healthy! Choose wisely, else you may have to spend your life wondering…. What if.

As long as you stay true to yourself and honest, you can’t go wrong with any of these two choices.” the teacher closes the class.

Adapted from Reader's Digest

Friday 16 September 2016

Air



Laksana air
Ia senantiasa mengalir mengisi rongga yang ada
Tak bisa dibendung
Beberapa berkata dengan yakin dapat membendung air
Nyatanya, menahan arusnya saja tak mampu

Air tak perlu dibendung
Menyelamlah bersamanya, ia akan membantumu bergerak
Meresapi tiap helai rambutmu
Lalu lamat-lamat mengisi tiap celahmu
Tapi, tetap saja kau tak kan mampu membendungnya

Tuesday 2 August 2016

Motivasi Organisasi Sekolah (MOS) dan Berbagi Sesama Insan di Bulan 1000 Berkah, Menebar 1000 Kebaikan

Ciputat – Ramadhan adalah bulan suci penuh berkah, rahmat dan ampunan Allah SWT. Merupakan saat yang baik bagi kita untuk menempa diri dalam ketaqwaan melebihi hari-hari biasa, agar nantinya memperoleh derajat orang yang bertaqwa (muttaqiin), sebagaimana maksud dari shaum itu sendiri.

Hari Kamis, 2 Juli 2016 dan tepatnya hari ke-26 di bulan Ramadhan 1434 Hijriyah untuk yang ke sekian kalinya AMIK BSI Ciputat dan STIBA Nusa Mandiri Ciputat menggelar acara Motivasi Organisasi Sekolah (MOS) dan Ramadhan Fair dengan tema “Berbagi Sesama Insan, Ramadhan Ceria Untuk Kita Semua”. Seminar Motivasi Organisasi Sekolah (MOS) dihadiri oleh siswa-siswi SMK sederajat. Seminar Motivasi diisi oleh Motivator Bapak Taufik Baidawi, M.Kom.



Acara yang diselenggarakan di Gedung AMIK BSI – STIBA Nusa Mandiri Ciputat, yang diikuti oleh 65 peserta yaitu dari SMK Trikarya, SMK Sirajul Falah dan SMK Bina Harapan, dimulai tepat jam 09.00 WIB. Materi dalam seminar ini mencakup materi mengenai bagaimana cara menjadi seorang  pemimpin yang handal dalam sebuah organisasi sekolah. Meskipun siswa-siswi sedang menjalani ibadah puasa Ramadhan namun, siswa-siswi tetap antusias mengikuti jalannya seminar motivasi hingga akhir acara.






Pada sore harinya tepat pukul 15:00 WIB dilanjutkan dengan acara berbagi sesama insan, acara ini dihadiri oleh 100 anak yatim tingkat Sekolah Dasar dari RW.03 dan RW.07 Pisangan-Ciputat, Anak yatim dari Panti asuhan Darunisa Ciputat dan Anak yatim dari Panti asuhan Al-Barokah Lebak Bulus. Acara ini juga dimeriahkan dengan adanya berbagai macam perlombaan seperti lomba mewarnai, lomba membaca hafalan surat pendek dan hafalan doa-doa pendek. Di mana lomba mewarnai dimenangkan oleh Rika dan Sasa dari panti asuhan Darunisa. Di sela acara, hadirnya om…Badut menambah maraknya dan antusiasme para peserta dalam mengikuti acara berbagi sesama insan dengan menampilkan atraksi sulap dan bagi-bagi hadiah. Pada pukul 17:30 WIB tibalah waktunya acara inti yaitu diawali dengan pembacaaan tilawah Al-Qur’an oleh Imam Nawawi dan Lia Minarti, dilanjutkan bersama-sama mendengarkan Tausiyah Ramadhan yang disampaikan oleh Ustadz Mulyadi Mahendra, S.Pd, setelah tiba saatnya berbuka maka seluruh staf BSI Ciputat beserta anak yatim menikamti Ta’jil dan makanan yang telah disiapkan. Snack Ta’jil disponsori oleh staf PT. Tirta Adi Sejahtera-Parung. Sebagai acara puncak BSI memberikan santunan kepada 100 anak yatim. Oh indahnya jalinan rasa kekeluargaan atau silaturahmi dan membahagiakan dengan berbagi sesama insan, meski tampak wajah lelah  panitia tapi puas rasanya telah menyelesaikan acara dengan lancar dan penuh senyum ikhlas… Alhamdulillah….

Semoga dibulan 1000 berkah ini,Allah senantiasa membimbing kami agar tetap berbagi dan menebarkan 1000 kebaikan bagi INDONESIA…. Amiin ya ALLAH.

(Panitia Berbagi Sesama Insan-STIBA Ciputat)

Sunday 22 May 2016

Mengapa kebanyakan laki-laki sukses & kaya raya memiliki istri yang sederhana?


Seorang ahli keuangan menjawab pertanyaan dari wanita yang ingin menikah dengan tujuan uang.

Cerita ini di ambil dari Majalah Fortune,
Judulnya:

Young and pretty lady wishes to marry a rich guy.
------
Seorang wanita memposting sebuah pertanyaan melalui sebuah forum terkenal dengan bertanya:

"Apakah yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan pria kaya?"

Saya akan jujur dengan apa yang aku katakan. Usia saya 25 tahun. Saya sangat cantik, bergaya dan memiliki selera yang tinggi. Saya berharap menikah dengan pria kaya dengan penghasilan pertahun $500 ribu (+/-Rp.5,5M) atau lebih.

Anda mungkin akan berkata kalau saya termasuk perempuan materialistis, tapi kelompok penghasilan s.d $ 1 juta pun masih termasuk kelas menengah di New York.
Permintaan saya tidak setinggi itu.

Adakah pria di forum ini yang berpenghasilan $ 500 ribu per tahun? Apakah Anda semua telah menikah? Saya ingin bertanya apa yang harus saya lakukan untuk dapat menikah dengan orang-orang seperti Anda?

Di antara pria yang telah berpacaran denganku, yang terkaya hanya berpenghasilan $ 250 ribu dan kelihatannya ini batas tertinggi yang pernah saya capai. Jika seseorang ingin pindah ke perumahan mewah di wilayah barat New York City Garden, penghasilan $250 ribu tentu tidak cukup.

Beberapa hal yang ingin saya tanyakan:

1. Dimanakah kebanyakan para pria kaya bertemu & berkumpul?
Mohon nama dan alamat bar, restauran dan gym yang sering
dikunjungi.
2. Rentang usia berapakah yang dapat memenuhi kriteria saya?
3. Kenapa wajah istri-istri orang kaya hanya terkesan biasa-biasa saja?
Saya telah bertemu dengan beberapa gadis yang tidak cantik dan
menarik, tapi mereka bisa menikah dengan pria kaya.
4. Apa pertimbangan Anda dalam menentukan istri dan siapakah
yang bisa menjadi pacar Anda?

Terus terang, tujuan saya sekarang adalah untuk menikah.

Terimakasih,
Gadis Jelita

Dan inilah jawaban dari seorang ahli keuangan dari Wall Street Financial

Dear Gadis Jelita,

Saya membaca email anda dengan sangat antusias. Saya yakin sebenarnya banyak gadis-gadis yang memiliki pertanyaan senada dengan Anda. Ijinkan saya untuk menganalisa situasi Anda dari sudut pandang investor profesional. Penghasilan tahunan saya lebih dari $ 500 ribu yang tentu memenuhi kriteria Anda. Jadi, saya harap setiap orang percaya bahwa jawaban saya cukup kredibel dan tidak membuang waktu.

Dari sudut pandang seorang pebisnis, menikah dengan Anda adalah keputusan yang buruk. Jawabannya sangat sederhana dan akan saya jelaskan.

Kesampingkan dulu detil-detil yang Anda tanyakan. Sebenarnya apa yang ingin Anda lakukan adalah pertukaran antara "kecantikan" dan "uang".

Si A akan menyediakan kecantikan dan si B akan membayar untuk itu. Kelihatannya adil dan cukup wajar. Tapi ada permasalahan fatal di sini. Kecantikan Anda akan sirna, tapi uang saya tidak akan hilang tanpa alasan yang jelas.

Faktanya adalah penghasilan saya mungkin akan meningkat dari tahun ke tahun. Tapi, Anda tidak akan bertambah cantik tiap tahunnya. Karena itu dari sudut pandang ekonomi: saya adalah aset yang ter-apresiasi sedangkan Anda adalah aset yang ter-depresiasi.

Depresiasi yang Anda alami bukan depresiasi normal, tapi depresiasi eksponensial. Jika hanya ini aset Anda, nilai Anda akan sangat mencemaskan 10 tahun kemudian. Dengan menggunakan istilah yang kami gunakan di Wall Street, setiap perdagangan memiliki sebuah posisi.

Berpacaran dengan Anda juga memiliki "posisi perdagangan".
Jika nilai aset yang didagangkan menurun, maka kami akan menjualnya.
Bukan ide yang baik untuk mempertahankannya. Begitu juga dengan pernikahan yang Anda inginkan. Saya sangat kejam untuk berkata seperti ini, tapi untuk membuat keputusan bijak, aset yang menurun nilainya akan dijual atau disewa. Pria dengan penghasilan $ 500 ribu tentu bukan orang bodoh. Kami akan berpacaran dengan Anda, tapi tidak akan menikahi Anda.

Saran saya lupakan mencari petunjuk bagaimana cara menikahi pria kaya. Usahakan agar Anda dapat membuat diri Anda kaya dengan berpenghasilan $ 500 ribu, lebih berpeluang ketimbang mencari pria kaya yang bodoh.

Semoga jawaban saya dapat membantu

Tertanda,
JP Morgan

Saturday 14 May 2016

Travel as an Investment to Broaden Mind


“Id, you travel a lot. Why wouldn’t you save your money for your future? Don’t you want to get married?”

That rhetorical question, always comes up to me after seeing my darkened skin after national holiday or kejepit holiday. Does future always have something to do with money? No, Man. In this case, I’m not in line with him. Life isn’t always about collecting pennies. 

There is more than that.

“Where’d you go? Another mountain? Beaches?” He continued.

“Man, this world is like a book. If you don’t travel, you only read one page. If you never go anywhere, you'll have a very limited view of the world.” Quoted from somewhere over the internet.

Not all of us can travel the whole globe, of course. Furthermore, we are Indonesian. You know what it means, don’t you? Unfortunately, if you’re not as rich as Syahrini or Bella Sophie, travelling around the globe is going to be bloody hard. But I think, just by making travel a priority — even to a new place around us — can be eye-opening. Going to the nearest museum, for instance. You convince yourself life is just fine without reading the book. You live each day in your comfort zone, never venturing too far from home. You fill your hours, days, and weeks with routine tasks, events, and traffics. Most of the time, you are satisfied, doing the same things, interacting with the same people, and thinking the same thoughts. Both your sphere of influence and your world view remain small, and that’s how you like it.

Now let me ask a question. Which one would you prefer, hanging out with people who know about anything, and comfortably talk to them about any kinds of topics or those who only know a little about what the hell is going on in the world right now and feel baper at almost anytime? I can spend hours talking to people who believe that investment to our life isn’t only money.

The book, would open our eyes to people and places we never knew existed. It would open our mind to new ideas, and would open our heart to what lies beyond our own horizon. So would traveling, there is a number of ways that travel can broaden one’s mind. One of my favorite is the opportunity to learn new language and culture. Given that different cultures have widely varying views on what is important and how to go about living life, learning another language can give invaluable insight into these differences and help us to suggest alternatives to our own view of life.

Another way that travel can help to broaden our mind is simply to humble us. Given the difficulties that arise from not knowing a language or situation where we need help to get by, we will learn more about our own limitations, which is a gooooood way to broaden our mind. Me, as a Moslem in Indonesia, I can perform prayer at anywhere I want. I feel so right because almost all people are doing the same things as I did.

Back in May 2015, I traveled to Cambodia and Thailand which we all know that islam is a minority. Today, I'm so grateful to be a majority of people here in Indonesia because it's my home, I understand the people, I know everything inside out. Street vendors are selling their food in every corner of the town. I won't be afraid missing my sholat since mosques are found everywhere. When I was there, it was so hard to search for a mosque and halalan thoyyiban food.

*** *** ***

2 weeks ago, I missed my early flight from Kuala Lumpur to Jakarta after watching Sepang Moto GP. I should’ve flown at 7 A.M. but I was still on my way to check in counter at 6. What went wrong? Nothing, it was just about the timing. I miscalculated the time required to get to immigration check, etc. You know what? I was quite happy though because I saw it as an opportunity to discover the city more.


But deep down inside, I crumbled. I just didn’t want to show it to my fellow traveler. What I did was search for a new ticket, and a hostel for another night.


I was smiling beyond the mask
Beyond all that, travel can broaden our mind by simply being a challenging thing that causes us to think critically and problem solve. When we travel, we have to figure out budget, map out an itin, and do many other things that require a great deal of thought and planning. Moreover, be prepared if anything goes out of the line, like; miss your flight, lost your luggage, break up with your girlfriend, etc.

Friday 5 February 2016

SK dan Sertifikat Akreditasi Akademi Bahasa Asing Bina Sarana Informatika

Berikut ini adalah SK dan juga Sertifikat Akreditasi ABA BSI jurusan Bahasa Inggris. Untuk digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih






Tuesday 5 January 2016

SK dan Sertifikat Akreditasi STIBA Nusa Mandiri

Berikut ini adalah SK dan juga Sertifikat Akreditasi STIBA Nusa Mandiri. Untuk digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih