Thursday 21 April 2022

Mengapa Banyak Orang Indonesia Masih Gagap Berbicara Bahasa Inggris?

Bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang banyak dipakai oleh orang di dunia untuk alasan yang berbeda. Bahasa ini juga menjadi bahasa yang dipakai dalam sidang PBB atau pertemuan diplomat para tokoh pemerintah dunia. Meski tidak semua negara berbicara Bahasa inggris, tapi ada yang menjadikan bahasa ini sebagai bahasa resmi kedua mereka, seperti di Malaysia dan Singapura.

Di Indonesia, banyak orang yang fasih atau sekadar bisa bercakap menggunakan Bahasa Inggris. Jika ingin bisa menggunakan bahasa Inggris, terlebih dahulu kita harus mempelajari dan menguasai empat keterampilan berbahasa Inggris yaitu berbicara (speaking), mendengarkan (listening), membaca (reading), dan menulis (writing).

Dari keempat kompetensi tersebut, berbicara merupakan kemampuan yang sering menghadirkan permasalahan bagi masyarakat Indonesia. Banyak orang Indonesia menghadapi beberapa masalah umum dalam berbicara bahasa Inggris.

Masalah pertama yang dihadapi adalah kurangnya rasa percaya diri. Kepercayaan diri masih menjadi momok bagi para pembelajar bahasa Inggris, meskipun telah dipelajari sejak di tingkat sekolah dasar. Beberapa dari mereka mungkin memahami grammar bahasa Inggris dengan sangat baik dan bahkan mendapat nilai tinggi dalam ujian, tetapi keterampilan berbicara mereka sangat buruk.

Alasan utama di balik permasalahan ini adalah masyarakat Indonesia atau bahkan para pembelajar khususnya, masih sering terlalu malu untuk memulai percakapan dengan bahasa Inggris dan takut salah. Ada anggapan orang lain akan menertawakan mereka. Hal ini menyebabkan mereka menghindari berbicara bahasa Inggris di depan orang lain.

Selanjutnya, sebagian besar orang Indonesia masih belum memiliki kosakata bahasa Inggris yang memadai. Hal ini karena semangat membaca mereka yang kecil. Padahal, sangat penting bagi seorang pembelajar untuk membaca teks bahasa Inggris untuk memperdalam kosakata, frase, atau idiom baru.

Hal tersebut membuat mereka sulit untuk mengungkapkan sesuatu akibat perbendaharaan kosakata yang kurang memadai. Faktor lainnya adalah bahasa ini bukan bahasa pertama kita sebagai masyarakat Indonesia. Jadi, tentu saja, jumlah kata bahasa Inggris yang kita miliki dalam kosakata kita tidak pernah cukup jika ingin disamakan dengan penutur asli bahasa tersebut.

Masalah lain yang dihadapi orang Indonesia saat berkomunikasi dalam bahasa Inggris adalah kurangnya latihan. Mereka berpikir bahwa kepercayaan diri mereka untuk berbicara bahasa Inggris rendah dan kosakata bahasa Inggris mereka tidak mencukupi. Hal ini yang membuat mereka kehilangan minat untuk berlatih bahasa Inggris.

Kondisi diperparah dengan lingkungan atau circle mereka yang tidak mendukung. Lingkungan biasanya tidak mendukung mereka untuk sering mempraktikkan bahasa Inggris. Orang lain atau bahkan teman sendiri mungkin berpikir bahwa mereka yang berbicara bahasa Inggris hanya ingin pamer saja.

Akhirnya, karena tidak ingin dianggap si-paling-pinter oleh orang lain di sekitarnya, mereka kembali menggunakan bahasa ibu dalam percakapan sehari-hari. Secara umum, negara lain yang tidak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua ataupun bahasa resmi di pemerintahan akan banyak menghadapi kendala yang kurang lebih sama seperti yang dialami oleh kebanyakkan masyarakat Indonesia.

Also Posted on: https://www.republika.co.id/berita/ramnzs459/mengapa-banyak-orang-indonesia-masih-gagap-berbicara-bahasa-inggris

 

Thursday 24 March 2022

Karyawan Bappeda Bogor Asah Kemampuan Public Speaking bersama Dosen UBSI

Prodi sastra Inggris UBSI memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada karyawan dan karyawati Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Bogor.

Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama antara pihak Bappeda Kabupaten Bogor dengan Universitas Bina Sarana Informatika Program Studi Sastra Inggris. 

Inisiator dari pihak Bappeda, Ratu Desy mengungkapkan, bahwa pihaknya secara khusus meminta kepada para dosen di lingkungan Universitas Bina Sarana Informatika untuk memberikan pelatihan bahasa Inggris di area speaking atau conversation. 

"Hal ini dikarenakan akan kebutuhan bagi karyawan-karyawati Bappeda yang sering menggunakan bahasa Inggris ketika akan melakukan kunjungan kerja atau survei ke pihak asing," ujarnya, Senin (21/3/2022).

Octa Pratama Putra, S.S, M.Pd, selaku Ketua Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) mengatakan, pentingnya penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris untuk menunjang karir di masa depan. 

Ia juga menegaskan agar para karyawan-karyawati di Bappeda Kabupaten Bogor tersebut untuk mampu meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris agar berguna dalam pekerjaan mereka, misalnya melakukan negosiasi dengan pihak asing.

"Jika bapak-ibu menguasai bahasa asing, minimal bahasa Inggris, bapak-ibu dapat dengan baik berkomunikasi dengan pihak lain yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya," lanjutnya.

Meskipun acara pelatihan tersebut berlangsung selama 2 jam, namun peserta terlihat antusias dan bersemangat dalam mengikuti arahan tutor. 

Dr. Fitriyah S.S, M.Si, selaku tutor utama memberikan contoh fenomena sehari-hari dalam mengucapkan kata atau pun kalimat dalam bahasa Inggris yang masih sering salah, namun masih banyak yang tidak sadar. 

"Misalnya, dalam mengucapkan terima kasih yang tidak tepat. Masih banyak yang bilang thanks you, baik dalam ucapan secara langsung maupun status-status di media sosial saat ini. Frase yang benar adalah thank you, ya bapak-ibu, bukan thanks you, jika ingin mengucapkan terima kasih ke lawan bicara kita", ujarnya.

Para peserta pengabdian terlihat sangat antusias menyimak materi yang dipandu oleh tim tutor secara bergantian. Acara berlangsung dengan menarik di mana para peserta sangat aktif untuk bertanya dan berdialog dengan para dosen.


Kegiatan tersebut dilakukan melalui media Zoom, kegiatan ini berlangsung kondusif dan berjalan dengan lancar. Pada kegiatan tersebut juga dibantu oleh sejumlah tutor, di antaranya Sayyid Khairunas, S.S, M.Pd dan Danang Dwi Harmoko, S.S, M.Pd serta dua orang mahasiswi dari Prodi Sastra Inggris, yaitu Riris Nurhayati dan Devitasari Afreilia yang saat ini tengah menyusun tugas akhir.