Sunday, 1 March 2020

Merdeka Finansial itu...

Siapa sih yang pernah menyangka kalau kamu bisa mapan meskipun gaji kamu 'hanya' 5 juta saja? Kebanyakan orang sudah berpikir pesimis mengingat untuk hidup di kota besar seperti di Jakarta angka segitu bisa dikatakan pas-pasan. Apalagi kalau sudah berkeluarga, punya anak 2, istri 1, kucing 5.
Source: google
Memang sih masih ada saja yang bisa bertahan hidup tapi biasanya pengorbanannya cukup besar. Nah, apalagi kalau kemudian berpikir untuk bisa mapan. Mungkin kata mapan hanya ada di mimpi saja.

Bulan Agustus kemarin banyak ditemui program-program yang berhubungan dengan kata 'merdeka'. Yha mumpung bulan kemerdekaan Indonesia. Mulai dari program televisi, program diskon belanja online seperti flash sale, atau di mall, kemudian muncul tagline merdeka finansial.

Memang seperti apa merdeka finansial itu? Tentu setiap kita memiliki penafsiran yang berbeda-beda. Apakah tidak memiliki utang sama sekali atau pas-pasan (pas mau beli rumah, ada uangnya, pas mau beli mobil ada uangnya, pas mau liburan, ada uangnya).

Nah maka siapa pula yang tidak ingin segera merdeka finansial, tentu kita semua berharap sesegera mungkin. Namun pertanyaan bagaimana kita bisa mencapai merdeka finansial melihat besarnya biaya kebutuhan hidup sehari-hari, khususnya yang tinggal di kota besar?

Apakah bisa menciptakan merdeka finansial dengan gaji yang diterima setiap bulan sebesar Rp 5 juta rupiah?

Untuk menciptakan merdeka finansial bagi setiap kita, ternyata bukan seberapa besar gaji yang kita terima setiap bulan, tapi seberapa mahir kamu mengelola keuangan. Dengan pengelolaan gaji yang benar, cepat atau lambat berbagai tujuan finansial pun bisa tercapai. Punya gaji 10 juta pun kalau hobinya setiap weekend jalan-jalan ke Korea, ya habis juga.

Pengelolaan gaji yang seperti apa yang dapat membantu kita untuk mencapai kemerdekaan finansial? Paling tidak, ada 5 poin penting yang harus mulai dilakukan dari sekarang:

  • Alokasi kebutuhan bulanan
Langkah awal dalam mengelola penghasilan adalah dengan membuat alokasi kebutuhan. Ini untuk mempermudah kita dalam membagi pos keuangan.

Ada banyak metode pengaturan keuangan yang bisa dicoba. Mulai dari metode 50-20-3010-20-30-40, dan sebagainya. Metode-metode tersebut umumnya membagi penghasilan ke dalam pos-pos keuangan dengan persentase tertentu. Misalnya, metode 50-20-30 membagi gaji jadi 50% kebutuhan pokok, 20% dana hiburan, dan 30% dana tabungan dan investasi.

Cara ini bisa dilakukan jika porsi keuangan Kamu sesuai dengan pembagian persentase tersebut. Faktanya, kebutuhan wajib bisa lebih atau bahkan kurang. Untuk itu, hitunglah dulu semua kebutuhan tiap bulannya.

Mulai dari anggaran makan, transportasi, kuota, hingga biaya tempat tinggal (sewa atau cicilan KPR) hingga biaya lainnya. Idealnya dana kebutuhan pokok tidak lebih dari 50% penghasilan.


Jika ternyata dana yang kamu miliki lebih dari itu, amatilah apa yang bisa dipangkas. Misalnya, biaya makan di luar bisa dipangkas dengan cara masak sendiri. Dengan alokasi 50% dan gaji Rp 5 juta, artinya biaya kebutuhan hidup sebesar Rp 2,5 juta. 

  •  Memiliki Proteksi
Proteksi yang tepat menjadi sebuah hal yang diperlukan dalam mencapai merdeka finansial. Tanpa proteksi yang tepat, ada kemungkinan kita akan mengeluarkan biaya yang besar ketika kita sakit atau membutuhkan biaya rumah sakit.

Maka proteksi yang diperlukan adalah asuransi kesehatan yang tepat. Belum lagi proteksi untuk sumber pencari nafkah keluarga bilamana meninggal dunia, maka proteksi yang diperlukan adalah asuransi jiwa. Pilihlah asuransi yang tepat dan sesuai kebutuhan.

Jangan sampai kamu terpengaruh orang lain atau teman sendiri untuk membeli produk asuransi yang ternyata tidak kamu butuhkan. Ini bisa mengganggu tujuan kamu dalam mencapai kemerdekaan finansial.

Kamu bisa menanyakan mengenai produk asuransi pada perencana keuangan yang independen dan professional sehigga tidak salah beli produk asuransi.

  • Menabung dan investasi
Menabung dan investasi adalah 2 hal yang berbeda. Menabung di mana kamu memiliki tujuan keuangan yang jangka pendek saja berkisar 1-2 tahun, sedangkan bila berinvestasi berarti kita berbicara tujuan keuangan yang jangka panjang yang jangka waktunya lebih dari 5 tahun.

Inilah hal yang bisa kita lakukan dalam menyiapkan kemerdekaan finansial kita dengan berinvestasi. Untuk membuat dan melatih kita disiplin kita dapat langsung menyisihkan uang sesaat setelah kamu menerima gaji di awal bulan.

Nilainya minimal 10% dari penghasilan. Ingat ya minimal. Berarti boleh lebih. Boleh banget. Jika ingin lebih konsisten dan terbantu dengan perbankan, kamu bisa gunakan program tabungan atau investasi dengan fitur autodebet.

Tabungan yang kamu buat bisa meliputi dana darurat dan tujuan keuangan jangka pendek. Sedangkan investasi bisa untuk dana pensiun, dana pendidikan anak dan lainnya. 

Saat ini sudah banyak produk investasi yang nggak butuh modal besar. Bahkan mulai dari Rp 100 ribuan Kamu sudah bisa jadi investor. Dengan cara ini kamu pasti memiliki tabungan dan bahkan bisa berinvestasi. 

Meski saat ini nominalnya terlihat nggak seberapa, jika konsisten dana ini bisa jadi bekal Merdeka Finansial di masa depan. Nggak percaya? Sila dicoba dulu.

Tapi menabung dan investasi jangan sembarangan pilih produk ya, ketahui dulu cara yang baik dan benar. Akan lebih baik bila belajar terlebih dahulu agar tidak salah investasi.


  • Me time
Mengatur keuangan dengan ketat bukan berarti nggak boleh senang-senang. Kita sudah capek-capek kerja dari Senin ke Jumat, tentu kita mau nikmati hasilnya juga kan? Dari pembagian di atas, kamu masih punya jatah sekitar 10-20% dari penghasilan nih.

Alokasikan sekitar 20% atau sebesar Rp 1 juta untuk dana rekreasi alias hiburan. Dana ini bisa kamu gunakan buat nongkrong kala weekend atau belanja baju baru.

Pastikan untuk tidak melebihi porsi dana rekreasi di atas. Untuk kebutuhan konsumtif, sangat tidak disarankan buat berutang. Oleh sebab itu, jika memiliki keinginan melebihi porsi tersebut seperti jalan-jalan ke luar kota atau beli jam tangan baru, upayakan untuk menabung.


  • Hindari Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup konsumtif cenderung tidak berpikir panjang karena lebih mengedepankan keinginan semata, maka tidak heran berapapun gaji yang kamu dapatkan setiap bulan tidak akan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup seperti itu. 

Saat ini gaya hidup konsumtif cukup dipengaruhi oleh social media. Kamu bisa terpengaruh ingin makan sushi karena baru melihat postingan teman. Kamu tiba-tiba ingin ke Raja Ampat karena melihat postingan artis.

Belum lagi menghabiskan waktu di mall serta coffee shop. Pernah kan ngopi yang segelas harganya 50.000? Saya malah pernah beli air mineral seharga 35 ribu di salah satu tempat makan mewah di kawasan SCBD. Di Jakarta ada banyak tempat yang menawarkan makanan dan minuman hingga puluhan ribu yang sebenarnya itu sudah di luar jangkauan dari kantong kamu, tapi tetap saja kamu menghabiskan uang kamu untuk berada di tempat tersebut.

Hal-hal seperti ini akan cepat menguras kantong kamu sehingga gaji kamu tidak akan pernah cukup. Jadi, bijaklah membelanjakan uang Kamu dengan tidak membeli barang yang tidak perlu. Jauhkan dari hanya sekedar 'ingin' ketika pergi ke pusat perbelanjaan dan tempat-tempat kuliner serta coffee shop. Tohh tujuan kita adalah merdeka finansial, bukan untuk gaya-gayaan.

Hal lain yang bisa kamu lakukan bila tahap-tahap di atas dirasa kurang dalam menciptakan merdeka finansial adalah meningkatkan pemasukan. Carilah peluang baru, menangkap peluang dengan cepat.

Selain meminta kenaikan gaji yang bisa kamu lakukan, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan seperti menjalankan bisnis sampingan yang sesuai dengan hobi Atau bekali diri kamu dengan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi agar bisa mendapatkan gaji yang lebih besar. 


[Diadaptasi dari tulisan Aidil Akbar Madjid di detikfinance dengan sedikit gubahan]

No comments:

Post a Comment

Thanks for the input! :)